Crystal jelly

-


 Crystal jelly (Aequorea victoria) adalah spesies ubur-ubur laut dalam yang dikenal karena tubuhnya yang hampir sepenuhnya transparan dan kemampuannya menghasilkan cahaya, atau bioluminesensi. Meskipun tidak semua individu hidup di laut dalam ekstrem, spesies ini sering ditemukan di perairan gelap hingga kedalaman sekitar 300 meter, terutama di wilayah Samudra Pasifik, dekat pantai barat Amerika Utara. Tubuhnya berbentuk seperti payung bening dengan diameter mencapai sekitar 10 cm, dan memiliki ratusan tentakel halus yang digunakan untuk menangkap plankton dan organisme kecil lainnya sebagai sumber makanan.

Keistimewaan crystal jelly terletak pada kemampuannya menghasilkan cahaya hijau melalui interaksi antara dua protein penting: aequorin dan GFP (green fluorescent protein). Ketika terganggu atau merasa terancam, ubur-ubur ini mengeluarkan cahaya dari pinggiran tubuhnya, yang dapat berfungsi untuk mengalihkan perhatian predator atau sebagai bentuk komunikasi. Penemuan dan penelitian terhadap GFP dari crystal jelly telah merevolusi dunia biologi molekuler, karena protein ini kini digunakan secara luas dalam riset medis dan bioteknologi sebagai penanda fluoresen untuk melacak aktivitas gen dan sel.

Meskipun terlihat rapuh dan anggun, crystal jelly adalah predator efisien di laut dalam. Ia menggunakan tentakel-tipisnya yang dilengkapi sel penyengat (nematosista) untuk melumpuhkan mangsa kecil sebelum membawanya ke mulut di bagian bawah tubuhnya. Karena tubuhnya sebagian besar terdiri dari air, ubur-ubur ini hampir tidak meninggalkan bayangan di dalam air, menjadikannya hampir tak terlihat oleh predator di lingkungan yang gelap.

Crystal jelly bereproduksi secara seksual, di mana individu jantan dan betina melepaskan sperma dan telur ke air untuk fertilisasi eksternal. Larvanya kemudian berkembang menjadi bentuk dewasa melalui serangkaian tahap perkembangan. Meski tidak berbahaya bagi manusia karena penyengatnya sangat lemah, crystal jelly tetap menjadi makhluk yang sangat penting dalam penelitian ilmiah dan menjadi simbol keajaiban kehidupan laut dalam berkat keindahan dan nilai ilmiahnya.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gulper eel

-
Gambar
Gulper eel ( Eurypharynx pelecanoides ) adalah ikan laut dalam yang terkenal karena mulutnya yang besar dan elastis, menyerupai kantung burung pelikan. Ikan ini ditemukan di kedalaman sekitar 500 hingga 3.000 meter di berbagai samudra di dunia, terutama di zona bathypelagik yang minim cahaya. Tubuhnya panjang dan ramping dengan ekor yang berakhir dalam organ bioluminesen kecil yang dapat menghasilkan cahaya untuk menarik perhatian mangsa. Meskipun disebut "belut," gulper eel bukan bagian dari kelompok belut sejati, tetapi termasuk dalam famili Eurypharyngidae . Keunikan utama gulper eel adalah mulutnya yang sangat besar dibandingkan ukuran tubuhnya, memungkinkan mereka menelan mangsa yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Rahangnya tidak memiliki gigi tajam seperti predator lain, tetapi dapat meregang lebar untuk menangkap ikan kecil, krustasea, dan cumi-cumi yang hanyut di arus laut dalam. Karena makanan di habitatnya terbatas, kemampuan untuk menelan mangsa besar dalam...
Baca selengkapnya

Hiu hantu

-
Gambar
Hiu hantu laut dalam, atau yang dikenal sebagai chimaera, adalah ikan purba yang termasuk dalam ordo chimaeriformes. meskipun disebut "hiu hantu", ikan ini bukan bagian dari famili hiu sejati, tetapi masih berkerabat dekat dengan hiu dan pari dalam kelompok chondrichthyes, yaitu ikan bertulang rawan. Hiu hantu memiliki tubuh ramping dan memanjang dengan sirip besar yang sering memberikan tampilan seperti ,aksluk mistis. Warna tubuhnya cenderung keabu-abuan atau keperakan, dan beberapa spesies memiliki mata besar bercahaya yang membantu mereka melihat di lingkungan laut dalam yang gelap. Beberapa jrnis hiu hantu juga memiliki duri beracun di sirip punggungnya yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan. Hiu hantu hidup di kedalaman antara 200 hingga lebih dari 2.500 meter, terutama di perairan samudra Antlantik, Pasifik, dan Hindia. Karena berada di zona laut dalam yang minim cahaya, mereka bergantung pada indera dan sensor elektroreseptor di moncongnya untuk mendeteksi mangsa...
Baca selengkapnya